Minggu, 21 Mei 2023

KEANEKARAGAM HAYATI

 A. KEANEKARAGAMAN HAYATI TINGKAT GEN, JENIS DAN EKOSISTEM


Keanekaragaman hayati tidak saja terjadi antarjenis tetapi dalam satu jenis pun terdapat keanekaragaman. Adanya perbedaan arna, bentuk dan ukuran dalam satu jenis disebut variasi.


1. Keanekaragaman Haayati Tingkat Gen

Apa yang dimaksud dengan keanekaragaman hayati tingkat gen ? untuk menemukan jawaban ini, cobalah amati tanaman mawar. Tanaman ini memiliki bunga yang berwarna-warni, ada warna merah, putih atau kuning. Kamu dapat membandingkan ayam kampung, ayam jantan, ayam ras dan ayam lainnya. Kamu akan melihat keanekaragaman sifat antara lain pada bentuk dan ukuran tubuh, warna bulu dan bentuk pial (jengger).

Keanekaragaman warna bunga pada tanaman mawar warna bulu dan bentuk pial ayam, disebabkan oleh pengaruh perangkat pembawa sifat yang disebut dengan gen. Semua makhluk hidup dalam satu spesies/jenis memiliki perangkat dasar dasar penyusun gen yang sama. Gen merupakan bagian kromoson yang mengendalikan ciri atau sifat suatu organisme yang bersifat diturunkan dari induk tua kepada keturunannya. Gen pada setiap individu, walaupun perangkat dasar peyusunnya sama, tetapi susunannya berbeda-beda bergantung pada setiap masing-masing induknya. Susunan perangkat gen inilah yang menentukan ciri atau sifat suatu individu dalam suatu spesies.

Kombinasi susunan perangkat gen dari suatu induk tersebut akan menyebabkan keanekaragaman individu dalam satu spesies berupa varietasi-varietas yang terjadi secara alami atau buatan.

Adaptasi yaitu faktor lingkungan juga turut mempengaruhi sifat yang tampak (fenotip) suatu individu disamping ditentukan oleh faktor genetik (genotip). Sedangkan keanekaragaman buatan dapat terjadi antara lain melalui perkawinan silang (hibridasi), seperti padda berbagai jenis mangga.


2. Keanekaragaman Hayati Tingkat Jenis

Untuk mengetahui keanekaragaman hayati tingkat jenis pada tumbuhan atau hewan, kamu dapat mengamati antara lain ciri-ciri fisiknya. Misalnya bentuk dan ukuran tubuh, warna, kebiasaan hidup dan lain-lain.

Contohnya kacang tanah, kacang kapri, kacang hijau dan kacang buncis. Diantara jenis kacang-kacangan tersebut kamu dapat dengan mudah membedakannya karena ditemukan ciri-ciri yang berbeda.

Misalnya ukuran tubuh atau batang (ada yang tinggi dan pendek), kebiasaan hidup (tumbuh tegak, ada yang merambat), bentuk buah dan biji, warna biji, jumlah biji serta rasanya yang berbeda.

Contoh lain, keanekaragaman pada keluarga kucing. Dikebun binatang kamu dapat mengamati hewan harimau, singa, citah dan kucing.

Walaupun hewan-hewan tersebut termasuk dalam satu famili/suku Felidae, tetapi terdapat perbedaan-perbedaan sifat yang mencolok. Misalnya perbedaan warna bulu, tipe oreng, ukuran tubuh, tingkah laku, serta lingkungan hidupnya.

Variasi pada suku Felidae ini menunjukkan keanekaragaman padda tingkat jenis. Hal yang sama terdapat juga pada tanaman kelapa, aren, pinang dan lontar yang termasuk suku Palmae atau Arecaceae.


3. Keanekaragaman Hayati Tingkat Gen

Bali komponen biotik maupun komponen abiotik sangat beragam atau bervariasi. Oleh karena itu, ekosistem yang merupakan interaksi antara komponen biotik dengan komponen abiotik pun bervariasi pula.

Perbedaan letak geografis menyebabkan perbedaan iklim. Perbedaan iklim menyebabkan terjadinya perbedaan temperatur, curah hujan, intensitas cahaya matahari dan lamanya penyinaran. Keadaan ini akan berpengaruh terhadap jenis-jenis flora (tumbuhan) dan fauna (hewan) yang menempati suatu daerah.

Pada iklim tropis terdapat hutan hujan tropis. Hutan hujan tropis memiliki flira (tumbuhan) dan fauna (hewan) yang sangat kaya dan beraneka ragam. Keanekaragaman jenis-jenis flora dan fauna yang menempati suatu daerah akan membentuk ekosistem yang berbeda. Maka terbentuklah keanekaragaman tingkat ekosistem.

Keanekaragaman hayati berkembang dari keanekaragaman tingkat gen, keanekaragaman tingkat jenis dan keanekaragaman tingkat ekosistem.



B. KEANEKARAGAM HAYATI DI INDONESIA

Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi.Dua negara lainnya adalah Brazil dan Zaire. Tetapi Indonesia mempunyai areal tipe Indomalaya yang luas, juga tipe Oriental, Australia dan peralihannya. Selain itu di Indonesia terdapat banyak hewan dan tumbuhan langka, serta hewan dan tumbuhan endemik (penyebaran terbatas).

Indonesia terletak di daerah tropik sehinggga memiliki keanekaragaman hayati tinggi dibandingkan dengan daerah subtropik (iklim sedang) dan kutub (iklim kutub). Tingginya keanekaragaman hayati di Indonesia ini terlihat dari berbagai macam ekosistem yang ada di Indonesia, seperti ekositem pantai, ekosistem hutan bakau, ekosisrem padang rumput, ekositem hutan hujan tropis, ekosistem air tawar, ekosistem air laut, ekosistem savanna dan lain-lain.

Hutan di Indonesia merupakan bioma hutan hujan tropis atau hutan basah, dicirikan dengan kanopi yang rapat dan banyak tumbuhan liana (tumbuhan yang memanjat), seperti rotan. Tumbuhan khas Indonesia seperti duria (Durio zibetinus), Mangga (Mangifera indica) dan sukun (Artocarpus sp) di Sumatra, Kalimantan dan Jawa terdapat tumbuhan endemik Raflesia. Tumbuhan ini tumbuh di akar atau batang tumbuhan pemanjat sejenis anggur liar yaitu Tetrastigma. Indonesia bagian timur, tipe hutannyaagak berbeda. Mulai dari Sulawesi sampai Irian Jaya (Papua) terdapat hutan non-Dipterocarpaceae. Hutan ini memiliki pohon-pohon sedan, diantaranya beringin (Ficus sp) dan matoa (Pometia Pinnata). Pohon motoa merupakan tumbuhan endemik di Irian. Hewan-hewan di Indonesia memiliki tipe Oriental (Kawasan Barat Indonesia) dan Autralia (Kawasan Timur Indonesia) serta peralihan.

Hewan-hewan dibagian Barat Indonesia (Oriental) yang meliputi Sumatra, Jawa dan Kalimantan. Memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
  1. Banyak spesies mamalia yang berukuran besar. Misalnya gajah, banteng, harimau, badak. Mamalian berkantung jumlahnya sedikit, bahlan hampir tidak ada.
  2. Terdapat berbagai macam kera. Misalnya bekantan, tarsius dan orang utan.
  3. Terdapat hewan endemik, seperti badak ebrcula satu, binturong (Aretictis binturang), monyet (Presbytis thoman), tarsius (Tarsius bancanus), kukang (Nyeticebus coucang).
  4. Burung-burung memiliki bulu yang kurang menarik tetapi dapat berkicau. Burung-burung yang endemik, misalnya jalak bali (Leucopsar nothschili), ealng jawa, murai mengkilat (Myophoneus melurunus), elang putih (Mycrohyerax latifrons).

Hewan-hewan yang terdapat di kawasan Indonesia Timur, yaitu Irian, Maluku, Sulawesi, Nusa Tenggara relatif sama dengan Autralia. Ciri-ciri hewannya adalah sebagai berikut :
  1. Mamalia berukuran kecil.
  2. Tidak terdapat spesies kera.
  3. Jenis-jenis burung memiliki warna yang beragam.
  4. Irian jaya (Papua) memiliki hewan mamalia berkantung misalnya kanguru (Dendrolagus ursinus), kuskus (Spiloeus maculatus). Papua juga memiliki koleksi burung terbanyak dan yang paling terkenal adalah burung Cendrawasih (Paradise sp). Di Nusa Tenggara, terutama di pulau Komodo, terdapat reptilian terbesar yaitu komodo (Varanus komodoensis). 

Sedang daerah peralihan meliputi daerah di sekitar garis Wallace yang terbentang di sekitar Sulawesi sampai kepulauna Maluku. Jenis hewan antara lain tarsius (Tarsius bancanus), maleo (Macrocephalon maleo), anoa, babi rusa (Babyrousa babyrussa).



C. KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP

1. Tujuan dan Manfaat Klasifikasi
  • Mendeskripsikan ciri-ciri makhluk hidup untuk membedakan tiap-tiap jenis agar mudah dikenal.
  • Mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan ciri-cirinya.
  • Mengetahui hubungan kekerabatan antar makhluk hidup.
  • Mengetahui evolusi makhluk hidup atas dasar kekerabatannya.
2. Sistem Klarifikasi

a. Sistem Klasifikasi Alamiah
  1. Diciptakan oleh Theophrastus (370 SM-285 SM), salah satu murid Aristoteles.
  2. Didasarkan bentuk yang dapat dilihat dangan mata biasa (morfologi).
  3. Tumbuhan dibagi menjadi 4 kelompok : pohon, semak, perdu dan herba.
b. Sistem Klasifikasi Buatan
  • Diciptakan oleh Carolus Linnaeus (1707-1778), ilmuwan Swedia.
  • Dikenal sebagai Bapak Klasifikasi.
  • Dasar yang digunakan adalah alat reproduksi sekseual, dasar lain yang digunakan adalah morfologi.
  • Merupakan penggolongan makhluk hidup berdasarkan pengaruhnya terhadap mausia.
c. Sistem Klasifikasi Filogenetik
  • Diciptakan oleh Charles Darwin 1859, menerbitkan buku tentang teori evolusi.
  • Ia menyatakan bahwa persamaan struktur tubuh menunjukkan hubungan kekerabatan yang lebih dekat.
  • Didasarkan urutan perkembangan makhluk hidup (filogen) serta mengetahui hubungan perkembangan antara satu dengan yang lainnya.

3. Tingkat Taksonomi

Disebut juga tingkat pengelompokkan. Tingkatan ini disusun oleh kelompok (takson) yang paling umum sampai kepada kelompok yang paling khusus dengan urutan tingkatan sebagai berikut.
  1. Regnum/Kingdom (dunia/kerajaan)
  2. Diviso/Phyllum (tumbuhan/hewan)
  3. Classis (kelas)
  4. Ordo (bangsa)
  5. Familia (suku)
  6. Genus (gen)
  7. Species (jenis) 
4. Tata Nama

Dalam pemberian nama makhluk hidup kita mengenai nama daerah (anjing,dog) dan nama ilmiah (canine). Nama daerah hanya dapat dimengerti oleh penduduk di daerah itu. Nama ilmiah digunakan sebagai alat komunikasi ilmiah diseluruh dunia menggunakan bahasa Latin atau yang dilatinkan. Setiap organisme hanya memiliki satu nama yang sah.

5. Pemberian Nama Jenis 

Sistem tata nama yang digunakan disebut " binomial nomenclatur " yaitu pemberian nama jenis /spesies dengan menggunakan 2 kata. Misalnya : Padi (Oryza sativa).

Kata depan : nama marga (genus), sedangkan kata belakang : nama petunjuk spesies (spesies epithet). Sistem binomial nomencaltur dipopulerkan pemakaiannya oleh Carolus Linnaeus.

Cara pemberian nama kelas, ordo dan familia adalah sebagai berikut :
  1. Nama kelas adalah nama genus + nae. Contoh : Equisetum nae menjadi kelas Equisetunae.
  2. Nama ordo adalah nama genus + ales. Contoh : Zingiber + ales menjadi ordo Zingiberales.
  3. Nama famili adalah nama genus + aceae. Contoh : Canna aceae menjadi famili Cannaceae.


D. MANFAAT KEANEKARAGAMAN HAYATI

Keanekaragaman hayati yang dimiliki oleh Indonesia sangat bermanfaat dan mempunyai nilai tertentu. Adapun nilai dan manfaat keanekaragaman hayati adalah sebagai berikut :

1. Nilai Keanekaragaman Hayati
  • Nilai Ekonomi. Keanekaragaman hayati dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan atau mendapatkan devisa untuk industri, rempah-rempah dan perkebunan.
  • Nilai Biologis. Keanekaragaman hayati memiliki nilai biologis atau penunjang kehidupan bagi makhluk hidup termasuk manusia.
  • Nilai Ekologis. Keanekaragaman hayati merupakan komponen ekositem yang sangat penting. Misalnya hutan hujan tropis. Hutan hujan tropis memiliki nilai ekologis atau nilai lingkungan yang penting bagi bumi, antara lain merupakan paru-paru bumi. Kegiatan fotosintesis hutan hujan tropis dapat menurunkan kadar karbon dioksida (CO2) di atmosfer yang berarti dapat mengurangi pencemaran udara dan dapat mencegah efek rumah kaca. Hutan juda dapat menjaga kestabilan iklim global, yaitu mempertahankan suhu dan kelembapan udara.
  • Nilai Sosial. Budaya keanekaragaman hayati dapat dikembangan sebagai tempat rekreasi atau pariwisata disamping untuk mempertahankan tradisi.
2. Manfaat Keanekaragaman Hayati

Manfaat keanekaragaman hayati antara lain sebagai berikut :
  • Sebagai sumber pangan, perumahan dan kesehatan.
  • Sebagai sumber pendapatan.
  • Sebagai sumber plasma nutfah.
  • Manfaat ekologik.
  • Manfaat keindahan.
  • Manfaat keilmuan.
  • Sebagai sumber budaya.
  • Mikroba selain berperan sebagai dekomposer (pengurai).


E. MENURUNNYA KEANEKARAGAMAN

Keanekaragaman hayati dapat rusak karena faktor-faktor berikut :
  • Perusakan habitat/fragmentasi. Hal ini dapat terjadi karena ekosistem diubah fungsinya oleh manusai.
  • Polusi. Bahan pencemar dapat membunuh mikroba, jamur, tumbuhan dan hewan.
  • Penggunaan spesies yang berlebihan untuk kepentingan manusia.
  • Introduksi spesies eksotik dapat mengakibatkan spesies tertentu tersisihkan yang akhirnya terlupakan/punah.
  • Penyebaran penyakit.
  • Perubahan iklim global.
  • Indrustrialisasi kehutanan dan pertanian.
Untuk mencegah kepunahan satwa langka, diusahakan pelestarian secara in situ dan ex situ. Pelestarian in situ adalah pelestarian yang dilakukan dihabitat asalnya. Sedangkan pelestarian ex situ adalah pelestarian satwa langka dengan memindahkan satwa langka dari habitatnya ke tempat lain.


 

 
   
 
     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar